Selasa, 10 Januari 2012

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK


A.PENGERTIAN

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan olah gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah perkembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang di kenal sebagai aliran behavioristik. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulis-responnya, mendudukan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan resppon. Seseorang dianggap telah belajar jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunnya. Stimulus adalah apa saja yang di berikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diiberikan oleh guru tersebut. teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Ada 3 hukum belajar yang utama : 1) hukum efek, 2)hukum latihan, 3) hukum kesiapan. Faktor lain yang dianggap penting dalam teori behavioristik adala faktor penguatan (reinforcement).

Teori behavioristik menurut para ahli :
  1. Wakson
Mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulis dan resppon, namu stimulus dan respon tersebut harus dapat diamati dan diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan - perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati dan diukur.
  1. Clark Hull
Hull menganggap balajar sangat terpengaruh oleh teori evolusi , semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organismme tetap bertahan hidup. Olae sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajar pun selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam - macam..
           
Analisis tentang teori behavioristik
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment manjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pandangan teori behavioristik telah cukup lama di anut oleh para pedidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinner lah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori behavioristik. Teori behavioristik banyak diketik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyka varibel atau hal - hal yang berkaitan dengan pendidikan atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan - penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.
Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya simulis dan respon yang dapat diamati. Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konveregen, tidak kreatif, dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadi peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.

Menurut guthrei hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar, namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrei :
·         Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.
·         Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi bila hukuman berlangsung lama.
·         Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain agar ia terbebas dari hukuman dengan kata lain si terhukum melakukan hal - hal lain yang kadang kala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.

Jika pebelajar melakukan kesalahan maka pebelajar diberi hukuman ( penguat negative ), tetapi jika pebelajar melakukan sesuatu yang mengenakkan atau ia memperbaiki kasalahan maka hukumanya dikurangai ( panguat positif ).

B. TEORI CONNECTIONISME S.R BOND

    Teori ini dikemukakan oleh Thordike dia menyimpulkan bahwa respon lepas dari kurungan itu lambat laun diasosiakan dengan situasi stimulus dalam belajar coba - coba, trial dan error, inilah kesimpulanpenelitian yang ia lakukan terhadap perilaku hewan dalam kurungan.

           

Ada 3 hukuman yang dihasilkan dari penelitian yang dilakukan Thordike, yaitu :
  • Hukum Efek
Hukum ini menyebutkan bahwa jeadaan memuaskan menyusul respon memperkuat pautan antara stimulus dan tingkah laku.
  • Hukum Latihan
Hukuman ini menjelaskan seperti pepatah “ latihan menjadi sempurna “ dengan kata lain pengalaman yang diulang - ulang akan menimbulkan respon ( tanggapan ) yang benar.
  • Hukum Kesiapan
Hukuman ini melukiskan syarat - syarat yang emnentukan keadaan yang disebut “ memuaskan “,”menjengkelkan" itu. Secara singkat, pelaksanaan tindakan sebagai respon terhadap suatu impuls yang kuat menimbulkan kepuasan.

Jadi, menurut Thordike dasar dari belajar tidak lain adalah asosiasi antara kesan panca indera dengan impuls untuk bertindak. Asosiasi ini disebut Connecting. Sama maknanya dengan belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon antara aksi dan reaksi.

Menurut teori ini ada beberapa kelemahan belajar, yaitu :
1.    belajat menurut teori ini bersifat mekanitis
2.    pebelajar bersifat teacher centered ( terpusat pada guru )
3.    anak didik pasif
4.    teori ini lebih mengutamakan materi






C. TEORI CLASSICAL CONDITIONING

Disekolah bagi anak didik bunyi lonceng dalam frekuensi tertentu sebagai tanda masuk, istirahat atau pulang, maka mereka akan menaatinya. Contoh tersebut merupakan bentuk kelakuan yang terjadi karena kebiasaan yang disebut conditioning, karena kondisinya diciptakan, maka sudah menjadi kebiasaan. Kondisi yang diciptakan ini merupakan syarat, memunculkan reflek berayarat.

Teori ini pun mempunyai kelemahan, diantaranya :
1.    percobaan laboratorium berbeda dengan keadaan sebenarnya
2.    pribadi seseorang dapat mempengaruhi hasil eksperiman
3.    respon mungkin dipengaruhi oleh stimulus yang tak dikenal. Dengan kata lain, tidak dapat diramalkan lebih dahulu, stimulus manakah yang menarik perhatian sesorang.
4.    teori ini sangat sederhana dan tidak memuaskan untuk menjelaskan segala seluk-beluk belajar yang ternyata sangat kompleks.

D. TEORI BELAJAR MENURUT EDWIN G

Gurhrie juga mengemukakan bahwa “hukuman” memegang peran penting dalam proses belajar. Menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat, akan mampu mengubah kebiasaan seseorang. Sebagai contoh, seorang anak perempuan yang setiap kali pulang dari sekolah, selalu menvampakkan baju dan topinya dilantai. Kemudian ibunya menyuruh agar baju dan topinya di gantungkan setiap kali pulang sekolah dan memasuki rumah. Setelah beberapa kali melakukan hal itu, respon menggantung topi dan bajju manjadi terasosiasi dengan stimulus memasuki rumah.
Azas balajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti, yaitu gabungan stimulus - stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikkuti oleh gerakan yang sama. Balajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi.pengutan sekedar hanya mellindungi hasil belajar yang baruagar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon hanya bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap.saran utama dalam teori ini adlah guru harus dapat mengasosiasikan stimulus respon secara tepat. Siswa harus dibimbing melakukan apa yang dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh siswa.

E. TEORI OPERANT CONDITIONING (BF SKINNER)

Teori ini disebut juga teori pengkondisian ataupun teori behavioristik, salah satu tokoh terkenal dalam pengembangan ini adalah Burrhus FedericsKINNER. Pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku oparnsn ( penguatan positif atau negative ) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kelbali atau menghilang sesuai dengan keinginan. Teori ini diteliti Pavlov dan dikembangan  Skinner. Skinner berpendapat setiap suatu tindakan yang telah dibuat ada konsekuensinya, panghargaan untuk tindakan yang baik, dan hukuman untuk tidakan yang salah.
Dalam memberikan penghargaan dan hukuman pun harus berdasarkan dengan filsafat, penuh dengan kebijakan dan hikmat, hingga dalam bertindak tidak ada yang merasa diruhikan. Skinner berpendapat, pribadi seseorang terbentuk dari akibat respon terhadap linhkunganya, untuk itu hal yang paling penting untuk membentuk sebuah kepribadian adalah adanya penghargaan dan hukuman, penghargaan akan diberikan untuk respon ynag di harapkan sedangkan hukuman untuk respon yang salah.

F.APLIKASI TEORI BEHAVIORISTIK DALAM PEMBELAJARAN
           
            Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktivitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk menhungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evakuasi menuntut satu jawaban benar yang menunjukkan siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.
Teori belajar behavioristik dengan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapatkan penguatan positif dan yang kurang sesuai mendapatkan penghargaan negative.
            Beberapa prinsip penerapan teroi belajar adalah :
1.    belajar itu berdasarkan keseluruhan
2.    anak yang belajar merupakan keseluruhan
3.    belajar berkat insight
4.    belajar berkat insight
5.    belajar berdasarkan pengalaman

Prinsip anak yang belajar merupakan keseluruhan mengandung pengertian bahwa membelajarkan anak itu bukanlah hanya menembangkan intelektualsaja, akan tetapi mengembangkan pribadi anak seutuhnya, oleh karenanya mengajar bukanlah menumpuk memori anak dengan fakta fakta yang lepas lepas, tetapi mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri anak. Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap perilaku individu.  Menurut Mukinan ada beberapa prinsip yaitu :
1) teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang telah dikatakan belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat menunjukkan tingkah laku tertentu.
2) Yang terpenting dalam belajar adalah adanya stimulus dan respon,      sebab inilah yang dapat     diamati.
3)  Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya respon, merukan foktor penting dalam belajar. Respon akan semakin kuat apabila reinforcement (baik positif atau negative )” ditambah.

Agar guru dapat mendeteksi atau menyimpulkan bahwa proses pembelajaran itu telah berhasil, maka guru harus :
1.    guru hendaknya paham tentang jenis stimulus apa yang tepat untuk diberikan kepada siswa
2.    guru juga menerti tentang jenis respon apa yang muncul pada diri       siswa
3.    untuk mengetahui apakah respon yang ditunjukkan siswa ini benar - benar sesuai dengan apa yanga diinginkan, maka guru harus :
a. menetapkan bahwa respon itu dapat diamati (observable)
b. respon yang di tunjukkan oleh siswa harus dapat pula diukur
c.  respon yang ditunjukkan dapat dinyatakan secara eksplisit (bermakna)
d. agar respon dapat diingat terus dalam ingatan maka diperlukan      sesekali adanya      semacam hadiah

Aplikasi teori belajar dalam proses pembelajaran untuk memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran, maka guru perlu menyiapkan fua hal yaitu:
1. menganalisi kemampuan awal dan karakterisruk siswa sebagai                   subjek yang akan  
   diharapkan mampu memiliki sejumlah kompetensi yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh guru jika melaksanakan analisis terhadap kemampuan dan karakteristik siswa, yaitu ;
a.    Akan memperoleh gambaran yang lengkap dan terperinci tentang kemampuan awal  para sisw, sebagai prasyarat bagi bahan baru yang akan di sampaikan.
b.    Guru dapat memberikan bahan yang lebih relevan dan memberikan contoh serta ilustrasi yang tidak asing bagi siswa.
c.    Akan dapat menetahui latar belakang sosio-kultural para siswa, termasuk latar belakang keluarga, sosiao, ekonomi, pendidikan, dan lain lain.
d.    Akan dapat megetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa, baik jasmani maupun rohani.
e.    Akan dapat mengetahui aspirasi dan kebutuhan para siswa.
f.     Dapat mengetahui tingkat bahasa siswa.
g.       Dapat mengetahui tungkat penguasaan pengetahui yang telah             diperolah sebelum
h.    Dapat mengetahui silap dan nilai yang meniwai pribadi para           siswa

2.    merencanakan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan. Hal ini sangat susah untuk diterapkan, karena berimplikasi pada penyediaan perangkat pembelajaran yang memadai. Hasil yang mungkin diketehui adalah bahwa pada pokok materi pembelajaran yang lain sebagian siswa belum atau tidak mengerti dan paham. Rencana strategi pembelajaran yang dapat dilakukanoleh guru terhadap kondisi materi pembelajaran yang sebagian besar siswa sudah mengetahuinya, materi ini bisa dilakukan pembelajaran dalam benruk ko-kurikuler (siswa menelaah dan melaporkan hasilnya ) dan materi yang tidak atau belum paham akan dibelajarkan secara penuh di dalam kelas.

Jumat, 06 Januari 2012

TEORI BELAJAR DISIPLIN MENTAL

BAB II
TEORI BELAJAR DISIPLIN MENTAL

A. PENGERTIAN, TUJUAN, ASUMSI DASAR DAN IMPLEMENTASI

1. PENGERTIAN

Pernah mendengar pribahasa “ alah bisa karena biasa” ? ada teori yang bisa menjadi dasar munculnya pribahasa tersebut. ‘Teori  Disiplin Mental’ dari kalangan pendidik mungkin pernah mendengar tentang teori ini sebelumnya, teori ini merupakan salah satu dari sekian banyak  teori belajar yang muncul sebelum abad 20, sebagian referensi mengatakan teori ini ditemukan oleh Plato dan Ariestoteles tetapi ada juga yang mengatakan teori ini sudah ada sejak zaman kuno. Disiplin mental juga dikenal dengan ungkapan disiplin formal. Gagasan utama dalam toeri disiplin mental adalah pada otak (mind), yang diangankan sebagai benda nonfisik, yang terbaring tidak aktif (dorman) lalu  ia dilatih. (Shermis, S. Samuel, n.y. How to discipline your mind.) Seperti halnya otot-otot fisik yang bisa kuat jika dilatih secara bertahap dan terus menerus serta dengan porsi yang memadai, maka otot-otot pikiran atau otak pun demikian halnya. Ia bisa kuat dalam arti lebih tinggi kemampuannya jika dilatih secara bertahap dan memadai. Disini Kecakapan pikiran atau otak seperti ingatan, kemauan, akal budi (reason), dan ketekunan, dianggap sebagai "otot-ototnya" pikiran atau otak tadi.  Dalam toeri disiplin mental, belajar atau perubahan perilaku ke arah yang berkualitas diartikan sebagai pemerkuatan (strengthening), atau pendisiplinan kecakapan berpikir (otak), yang pada akhirnya menghasilkan perilaku kecerdasan.
              Bila saya tanya pada anda, 5 x 5 hasilnya berapa : secara reflek mungkin anda akan menjawab 25. atau berapa hasil 5 x 6, 6 x 6….sebagian dari kita mungkin sudah hapal luar kepala tentang perkalian dari 1 x1 sampai 10 x 10 dan akan memberikan jawaban dengan benar, sadarkah anda ini adalah akibat dari hasil belajar melalui pola disiplin mental waktu SD dulu. Hal ini juga berlaku terhadap hal-hal yang bersifat praktis misalnya Jika Anda ingin menguasai bagaimana memacu kuda, tentu anda harus berlatih sendiri secara intensif sampai bisa. Banyak lagi contoh aplikasi dari teori ini tidak hanya dalam kalangan pendidikan atau sekolah saja tetapi juga di lembaga-lemabga non kependidikan dan bahkan di kalangan masyarakat juga. hampir semua aspek pembelajaran bisa dilakukan dengan cara disiplin, seperti pembiasaan secara tetap akan suatu pekerjaan, latihan tetap terhadap suatu keterampilan, disiplin diri dalam bertindak, displin mengendalikan diri, bekerja keras dengan disiplin tetap. Semua itu jika dilakukan akan menghasilkan manusia yang memiliki kemampuan unggul di bidang yang dikerjakannya atau dilatihnya secara disiplin tadi.
Memang, pada asalnya disiplin dilakukan oleh adanya aturan-aturan eksternal, namun secara tidak langsung dan jika hal itu dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang lama, akan menghasilkan perilaku disiplin internal.
Melihat dari semua konsep diatas…seharusnya memang tidak ada orang bodoh didunia ini karena dengan latihan semua orang akan menjadi ‘bisa’ atau mempunyai kemampuan dalam satu bidang tertentu
B. TUJUAN
a.   siswa dapat  menguasai materi pembelajaran secara bertahap dan terus menerus
b. siswa mampu mengikuti pembelajaran secara maksimal

C. ASUMSI DASAR

Teori belajar disiplin mental menjadi dasar untuk disusunnya strategi dan model pembelajaran untuk diterapkan bagi siswa. Model pembelajaran yang dimaksud adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang menggunakan pembelajara di kelas atau pembelajaran dalam tutorial serta untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
Dalam kalangan anak-anak, baik di lingkungan keluarga ataupun di sekolah, hampir semua aspek pembelajaran bisa dilakukan dengan cara disiplin, seperti pembiasaan secara tetap akan suatu pekerjaan, latihan tetap terhadap suatu keterampilan, disiplin diri dalam bertindak, displin mengendalikan diri, bekerja keras dengan disiplin tetap, serta adanya arahan-arahan motivasi dari pihak lain. Semua itu jika dilakukan akan menghasilkan manusia yang memiliki kemampuan unggul di bidang yang dikerjakannya atau dilatihnya secara disiplin tadi. Memang, pada asalnya disiplin dilakukan oleh adanya aturan-aturan eksternal, namun secara tidak langsung, jika hal itu dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang lama, akan menghasilkan perilaku disiplin internal.
Suatu pekerjaan jika dikerjakan secara terus  menerus dengan frekuensi yang relatif tetap, akan menjadikannya seseorang menjadi terbiasa dengan pekerjaannya itu.  Disiplin juga tidak hanya untuk hal-hal yang bersifat praktis, namun juga dapat bersifat mental. Sebagai contohnya, dengan telah melakukan ‘hafalan’ secara disiplin terhadap perkalian angka 1 x 1, sampai dengan perkalian 10 x 10, maka kita sekarang tidak perlu berpikir lagi jika ditanya, 6 x 7, 8 x 9, atau 7 x 7. Kita bisa langsung menjawab hasilnya dengan benar. Itu semua akibat dari hasil belajar melalui pola disiplin mental ketika kita di SD dulu. Disiplin mental dikenal juga dengan disiplin formal.
D. IMPLEMENTASI MELALUI ILUSTRASI DAN STIMULASI DALAM
     PEMBELAJARAN
Teori disiplin mental apabila diimplementasikan dampak positifnya menjadikan siswa semakin hari semakin meningkat kemampuannya dalam menguasai materi dan ketrampilan. Siswa menjadi disiplin untuk mempelajari materi pembelajaran setahap-demi setahap, dan semakin lama akan semakin banyak. Dampak negatif dari penerapan disiplin mental apabila dilaksanakan secara dominan dan tidak memperhatikan faktor-faktor psikologi akan menjadi siswa menjadi tegang, dan proses belajar mengajar tidak bervariatif. Segi kognitif siswa yang kadang-kadang tidak cocok dengan metode pembelajaran berbasis disiplin mental menjadi terbebani dengan pembelajaran tersebut.
Teori belajar disiplin mental berkembang sebelum abad ke-20. Teori ini tanpa dilandasi eksperimen, dan hanya berdasar pada filosofis atau spekulatif. Walaupun berkembang sebelum abad ke-20, namun teori disiplin mental sampai sekarang masih ada pengaruhnya, terutama dalam pelaksanaan pengajaran di sekolah-sekolah. Teori ini menganggap bahwa secara psikologi individu memiliki kekuatan, kemampuan atau potensi potensi tertentu. Belajar adalah pengembangan dari kekuatan,kemampuan dan potensi-potensi tersebut.
Teori belajar disiplin mental, merupakan salah satu pandangan yang mula-mula memberikan definisi tentang belajar yang disusun oleh filsuf Yunani bernama Plato. Pandangan filsafatnya yaitu tentang idealisme yang melukiskan pikiran dan jiwa yang bersifat dasar bagi segala sesuatu yang ada. Idealisme hanyalah ide murni yang ada di dalam fikiran, karena pengetahuan orang berasal dari idea yang ada sejak kelahirannya. Belajar dilukiskan sebagai pengembangan olah fikiran yang bersifat keturunan. Kepercayaa ini kemudian dikenal sebagai konsep “disiplin mental” (Bell Gredler, 1994: 21).
Penganut belajar disiplin mental contohnya Jean Jacgues Rousseau yang menggangap anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar, anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan potensi potensi tersebut. Sesungguhnya anak memiliki kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri Teori disiplin mental menekankan pada latihan mental yang diberikan dalam bentuk studi. Disiplin mental juga dikenal dengan ungkapan disiplin formal. Gagasan utama disiplin mental adalah pada otak atau pikiran, yang dianggap sebagai benda nonfisik, terbaring tidak aktif  hingga ia dilatih. Kecakapan pikiran atau otak seperti ingatan, kemauan, akal budi, dan ketekunan, merupakan “otot-ototnya” pikiran atau otak tadi. Otak dipersepsikan seperti otot-otot fisiologis yang bisa kuat jika dilatih secara bertahap dan terus menerus serta dengan porsi yang memadai, maka otot-otot pikiran atau otak pun demikian halnya. Otak manusia  bisa kuat dalam arti lebih tinggi kemampuannya jika dilatih secara bertahap dan memadai.
Apabila belajar ditinjau dari teori disiplin mental maka belajar lebih ditekankan pada masalah penguatan, atau pendisiplinan kecakapan berpikir otak, yang pada akhirnya menghasilkan perilaku kecerdasan. Contohnya, dalam konteks komunikasi, kecakapan berkomunikasi seseorang pun bisa dilatih sejak dini supaya berhasil dengan baik. Tampaknya memang benar bahwa ahli-ahli komunikasi praktis seperti ahli pidato, ahli kampanye, ahli seminar, dsb. Semuanya merupakan hasil dari proses latihan. Latihan dalam hal keahlian ini identik dengan pengalaman. Semakin lama pengalaman seseorang di bidangnya maka semakin ahli orang yang bersangkutan.
Menurut teori disiplin mental, orang dianggap sebagai paduan dari dua jenis zat dasar, atau dua jenis realitas, yaitu pikiran rasional dan organisme biologis. Dengan begitu maka konsep animal rasional digunakan untuk mengenali manusia, sedangkan yang didisiplinkan atau dilatih melalui pendidikan adalah pikiran (Asri Trianti, 2008: 2).
Menurut konsep ini pada dasarnya manusia terbentuk dari dua zat yakni mental dan fisik secara berpadu. Bagaimana pun juga, pikiran dan badan atau zat rohaniah dan zat badaniah tidak mempunyai karakteristik umum (yang sama). Pemikiran akan konsep pikiran atau rohani sampai sekarang masih berlangsung, baik yang datangnya dari orang-orang primitif (yang mengatakan bahwa nyawa berpindah ketika sedang bermimpi), maupun konsep orang-orang sekarang yang lebih kompleks. Dalam hal ini orang melihat belajar sebagai proses perkembangan akibat dari adanya pelatihan pikiran atau otak. Dengan demikian maka belajar menjadi suatu proses yang terjadi di dalam di mana berbagai kekuatan seperti imajinasi, memori, kemauan, dan pikiran, diolah. Dan dari sana pendidikan pada umumnya dan belajar pada khususnya menjadi suatu proses disiplin mental.